Path to Nowhere
PREPARATION
Sabtu 4 November pukul
delapan pagi adalah hari yang ditentukan untuk memulai perjalanan untuk tugas
kelas Penulisan Kreatif. Biasanya, aku dibonceng mama untuk pergi ke UB. Tetapi
pada hari itu, mama tidak bisa mengantarkan karena harus ke bandara Abdulrachman
Saleh untuk keperluan pekerjaan. Ya sudah sih, aku tinggal memesan driver melalui
Gojek untuk pergi ke UB. Pada saat itu aku sudah mendapatkan driver.
Sesuai dengan titik jemput, aku menyebrang jalan.
Sedikit backstory,
ada seorang “driver Gojek” (maaf, aku meragukan apakah dia benar-benar driver
Gojek) yang menjadikan flyover A. Yani sebagai tempat mangkalnya.
Tempat mangkal oknum tersebut tepat berada di salah satu bagian flyover di
depan rumahku. Aku selalu menyebrang ketika akan berangkat ke UB jika diantar
mama agar mama mudah untuk putar balik dengan motornya. Bahkan ketika aku
diantar mama pun, oknum itu seperti mengajakku untuk naik motornya. Tetapi hari
itu, masih dengan jaket Gojeknya, dia menawariku jasa ojeknya.
“Gojeknya buu..”
pintanya dengan suara melas.
Aku hanya pura-pura
tidak mendengarkannya. Sesungguhnya sedikit menyesal tidak mengenakan earphone.
Hal itu bukanlah kali pertama dia menawari hal tersebut. Hari rabu kemarin, aku
mengalami situasi yang bisa dibilang sebagai deja vu. Karena pada hari itu pun
mama tidak bisa mengantarku ke UB karena harus ke bandara Abdulrachman Saleh.
Ketika aku menyebrang untuk mendatangi titik jemput yang sesuai dengan di
aplikasi, oknum itu mendekati dan memaksaku untuk menaiki motor dia. Back to
the present, aku menghindar dan pura-pura tidak melihat dia. Agak memalukan
karena driver yang kupesan dapat melihat langsung kejadian itu langsung.
Aku langsung saja menaiki motor yang sesuai dengan aplikasi setelah memastikan
plat kendaraan dan si driver.
BEGINNING - UB, SPONTAN,
dan TEH KOTAK (08.00-08.45)
Aku
sampai di Teras Budaya pada jam 07.57 pagi. Untuk ukuran dua kelas, keadaan di
sana termasuk tidak ramai. Tidak banyak yang ada di pikiranku pada saat itu.
Mungkin karena aku sendiri adalah orang yang tidak tahan dengan sesuatu yang
dadakan atau spontan, jujur pikiranku sangat kosong pada waktu itu.
Misal, aku akan pergi untuk hangout atau sekedar jalan-jalan, aku sudah
membuat skenarionya; seperti toko apa saja yang akan aku kunjungi, toko yang
berikutnya akan aku kunjungi, apakah aku harus mampir ke minimarket terlebih
dahulu, barang apa saja yang harus kubawa, makan di mana, makan sebelum
berbelanja atau sesudah berbelanja, berapa budget yang akan kukeluarkan. Oleh
karena itu, aku tidak suka dengan spontanitas. Aku berbicara dengan temanku,
Rin, tentang hal ini. Kami sama-sama mempunyai MBTI yang belakangnya J.
Pembicaraannya bisa dihitung simpel, sih. Kurang lebihnya hanya seperti ini:
Aku : Rin, kamu tahu kan kita sama-sama J.
Bagaimana rasanya kamu tidak bisa planning terlebih dahulu?
Rin : Aku gak suka hal yang spontan dan
dadakan, sih.
Aku : Sama, njir.
Rin : Kalau jalan-jalan jadi gak bisa mikirin
uangnya bakal habis berapa.
Aku : Bener banget.
Pada saat itu kelompok
kami yang hadir baru tiga orang, yakni aku, Tata, dan Tazkia. Sambil menunggu
anggota kelompok yang lain untuk hadir, aku meminum Teh kotak yang kubawa untuk
menjadi bekalku memulai perjalanan. Ah, belum memulai jalan-jalan saja sudah
kuminum perbekalanku, pikirku. Tapi pada saat itu juga aku jadi terpikir
hal lain. Kenapa teh kotak ini disebut Teh Botol, tapi bentuknya karton?
Bukannya ada juga produk lain bernama Teh Gelas tapi berbentuk botol? Apakah
nanti akan ada teh yang bernama Teh Kotak tapi bentuknya gelas? Ya sudah, sih.
Lagipula prinsipku kan nama produk boleh aneh tetapi rasa tetap harus enak.
MISCELLANEOUS
(08.45-09.30)
Kami
bertiga memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitaran Suhat saja. Walaupun Suhat
kami lewati hampir setiap harinya, aku merasa tidak pernah memperhatikan
lekak-lekuknya. Larangan menggunakan motor dan harus berjalan kaki ini
membuatku jadi dapat memperhatikan hidden details yang mungkin tidak
pernah kusadari saat melewati jalanan ini.
Saat
kami akan keluar melewati gerbang UB di Suhat, kami melewati bazaar yang
diadakan dalam rangka Musabawah Tilawatil Qur'an Mahasiswa Nasional (MTQMN)
XVII Tahun 2023. Pada saat itu sudah banyak penjual yang siap-siap untuk
menjual dagangan mereka tetapi sayang sekali belum buka. Jadinya kami bertiga
tidak bisa jajan. Padahal ada banyak jajanan yang membuat kami ingin mukbang
saja. Sayangnya kami tidak bisa berlama-lama di sana dan harus kembali
melanjutkan perjalanan kami menuju Suhat.
Kami
bertemu dengan kucing lucu ketika tiba di daerah satpam gerbang Suhat.
Kucingnya tidak galak dan terlihat sedang berjemur menikmati matahari pagi.
Tidak banyak yang kami lakukan di sana selain mengelus-elusnya. Tak lupa
sebelum melalui gerbang ini, kami berpamitan dengan si kucing. Pada saat itu
aku terpikir akan hal random, apakah kelompokku ini berniat untuk keluar UB
dengan melompati gerbang. Tentu saja Tata dan Tazkia langsung menyerukan
“Tidak!”.
Aku mempunyai ketakutan
dengan tempat tinggi. Alhasil, melewati jembatan Sukarno Hatta membuatku
ketakutan setengah mati. Sungai Brantas mengalir di bawah jembatan ini.
Ditambah lagi banyak motor di sebelah trotoar. Hal ini menjadi tantangan
tersendiri bagiku. Harus tetap melihat ke depan, jangan menoleh, jangan lihat
ke bawah. Padahal mungkin hanya memakan waktu satu menit untuk melintasi
jembatan ini. Tapi bagiku yang mempunyai ketakutan, melintasi jembatan ini
terasa seperti menghabiskan waktu lima menit. Setidaknya kami berhasil
melintasi jembatan ini dengan aman, tantangan terselesaikan.
Kami mampir ke Indomaret
dan Alfamart yang ada di dekat jembatan Suhat. Tidak banyak yang terjadi di
Indomaret. Tetapi mampir ke Alfamart ini memberikan kami dua hal yang bisa untuk
diceritakan. Yang pertama adalah kucing dengan bulu warna abu-abu yang sangat
menggemaskan dan imut. Bulunya sangat halus membuat kami ketagihan untuk
mengelusnya berulang kali. Dia tiduran dengan manis di atas tempat duduk di
depan Alfamart. Hal kedua yang ingin kuceritakan adalah pengemis buta yang
meminta-minta di depan Alfamart.
Dengan suara yang
lantang, pengemis itu terus meminta-minta uang sambil menyerukan bahwa ia buta
dan perlu uang buat beli beras. Aku tidak tahu apakah dia buta sepenuhnya, buta
parsial atau bagaimana, tapi aneh sekali dia bisa tahu arah darimana seseorang
itu datang. Jika orang itu bersuara atau berjalan dengan keras, itu masuk akal,
I guess. Tapi orang yang berlalu
lalang di alfamart berjalan dengan sangat pelan, mulut mereka juga mingkem. Mungkin saja karena aku
mempunyai trust issue dengan orang
yang meminta-minta. Teman-teman sekelompokku juga merasa agak tidak nyaman
dengan pengemis itu sehingga pada akhirnya kami memilih untuk pindah ke
destinasi berikutnya, yaitu Mixue.
MIXUE? INDOMARET FRESH?
MIXUE LAGI? (09.30-11.30)
Ketika
kami berjalan ke Alfamart yang aku ceritakan di bagian sebelumnya, kami
terpikir untuk jajan di Mixue. Dengan
perasaan yang masih mixed karena
pengemis tadi, kami melanjutkan perjalanan menuju Mixue. Ternyata kami terlalu
awal 30 menit sebelum Mixue buka. Mixue Suhat buka pada pukul 10.00, sedangkan
jam di ponsel masih menunjukkan pukul 09.30. Ya sudah, tidak apa-apa. Jadi kami
berjalan lagi menuju Indomaret Fresh yang berada di dekat Mixue. Sebenarnya kami
tidak terpikir untuk membeli apa-apa di sana.
Ujung-ujungnya
kami hanya lihat-lihat sambil mengomentari produk-produk yang ada di Alfamart
itu. Yang paling aku ingat adalah kami menemukan teh yang unik di bagian teh
dan kopi. Maaf menyebut merek, tapi teh ini bernama Ahmad Tea. Di bawah tulisan
besar Ahmad Tea ini terdapat tulisan London. Nama mereknya lokal banget, tetapi
kenapa ada London yang merupakan ibu kota dari negara Inggris? Ditambah lagi
terdapat tulisan yang ada di bagian samping bungkus Ahmad Tea yang justru
dituliskan dalam Bahasa Arab. In the end,
aku pun membeli satu kotak teh (bukan Ahmad Tea) sebelum kami kembali lagi ke
Mixue.
Kami pun kembali ke Mixue Suhat kurang lebih pada pukul 10.03. Dengan demikian, kami menjadi pelanggan pertama Mixue Suhat pada hari itu. Tazkia memesan Sundae Vanilla, Tata memesan Ice Cream Vanilla, dan aku memesan Kiwi Smoothies. Di lantai atas atau bagian Dine In, kami berbincang-bincang tentang isu yang lagi panas di internet, terutama tentang Genosida yang dilakukan oleh Israel kepada Palestina. Selain membicarakan isu tentang Israel dan Palestina, kami juga membicarakan tentang hal-hal yang ada di kampus dulu.
EARLY END?
Sejujurnya pada hari itu, aku sedang dalam kondisi badan yang tidak fit. Sehingga pada akhirnya aku memutuskan untuk kembali terlebih dahulu karena sudah cukup lemas. Jadi ketika Tata dan Tazkia kembali ke UB untuk evaluasi, aku memesan Gojek untuk pulang kembali ke rumah. Di saat itu, kami malah auto fokus dengan plat nomer driverku. Karena di bagian belakang plat tersebut ada huruf “BAU”. Sayang sekali ternyata driverku datang dengan motor yang berbeda. Karena langit mulai mendung dan mulai gerimis aku langsung naik ke atas motor sambil melambaikan tangan kepada Tata dan Tazkia. Maka, perjalananku dalam jalan jalan kelas Penulisan Kreatif berakhir di sini
Malang, 7 November 2023
Alicia Austin Gumogar
Komentar
Posting Komentar