Bouken (Walau Dekat)

     Pada Sabtu pagi yang biasanya aku lalui dengan tidur, aku pergi ke kampus untuk mengikuti kelas Penulisan Kreatif. Walau sedikit malas aku juga cukup menantikan kelas kali ini. Aku jarang berjalan kaki di Malang, jadi saya cukup antusias. 

    Kami dan kelas sebelah berkumpul di kampus pada pukul 8 pagi. Sebelum berangkat 2 teman kelompokku sudah izin tidak mengikuti kelas karena ada kegiatan. Jadi grup kami turun dari 6 orang menjadi 4. 

    Setibanya di kampus aku disambut oleh kucing yang memang biasa nongkrong di FIB. Tentu saja aku berhenti sebentar untuk menyapa si meong. Kucing counter: 1 (Lupa foto). Kebetulan aku juga bertemu teman kelompokku Tazkia, jadi kita bersama-sama jalan ke TEBU. 

    Di sana sudah banyak anak kelas sebelah yang berkumpul. Namun anak dari kelasku cuma 3 orang. Tapi tak lama kemudian Alis datang. Kami bertiga pun menunggu teman kami yang satu lagi sambil membicarakan “pergi ke mana?”

Berhubung Alis sedang tidak enak badan, kami memutuskan untuk pergi ke tempat yang dekat saja. Kami berencana mendatangi berbagai minimarket terdekat. Kami penasaran apa perbedaan Indomaret dan Indomaret Fresh? Apalagi mereka cukup berdekatan. Setelah percakapan itu kami kembali mengobrol sambil menunggu teman kami. 

    Setelah cukup lama menunggu dan tidak ada kabar setelah ditelepon kami memutuskan untuk pergi saja (ternyata teman itu sedang sakit). Kami pun berjalan menuju gerbang depan jembatan Suhat.

    Di jalan, ternyata sedang ada bazar dengan berbagai makanan dan minuman yang menggoda. Cuaca waktu itu sedang panas-panasnya, gambar es dan mojito menjadi sangat menggoda. Sayangnya waktu itu para penjual masih siap-siap membuka stan, jadi kami tidak bisa jajan. Tapi dari situ kami terpikir untuk membeli es. 

Dokumen pribadi

    Di gerbang jembatan Suhat kami bertemu dengan seekor kucing bercorak hitam putih (foto tercantum). Kucing counter: 2. Kucing betina tersebut cukup ramah dan mau dipegang. Setelah puas mengelus kucing kami melanjutkan perjalanan kami. 

Dokumen pribadi

    Ternyata melewati jembatan Suhat cukup menakutkan. Aku baru melihat betapa tingginya jembatan itu. Tetapi aku lihat teman-temanku pada biasa aja jalannya. Apa aku aja yang terlalu penakut? Tiba-tiba Alis membuka suara kalau jembatan ini seram. Tazkia juga menyetujui perkataan itu dan menyarankan untuk melihat ke depan saja. Aku lega karena ternyata rasa takutku tidak aneh. 

    Tak lama setelah melewati jembatan tersebut kami tiba di minimarket pertama kami, Indomaret. Kami masuk untuk membeli minum. Tetapi Indomaret itu cukup ramai jadi tidak ada kursi kosong untuk nongkrong di depan. Kami gibah dulu di dalam minimarket tersebut sambil ngadem. 

    Setelah itu kami kembali berjalan. Sudah terlihat tujuan kami selanjutnya, Alfamart. Tempat itu terlihat cukup kosong, hanya ada 3 orang di depan minimarket itu. Sepasang orang muda yang duduk di pojokan dan seorang bapak yang duduk di tangga. 

    Setibanya di sana, bapak yang memegang tongkat tuna netra tersebut langsung mendekati kami. “Tolong bantu mbak, mata saya tidak bisa melihat.” Kami cukup was-was dan berusaha tidak menghiraukan bapak tersebut. Temanku juga bercerita tentang pengalamannya ditipu/dihina pengemis yang membuatnya trust issue.

    Tazkia juga bingung kenapa bapak itu langsung tau kalau kita itu perempuan (dipanggil mbak)? Aku pikir mungkin dia tidak sepenuhnya buta atau tadi mendengar kami berbicara. Walaupun dengan logika itu kami pergi duduk di kursi tanpa merespon bapak tersebut. 

    Di situ kami bertemu seekor kucing abu-abu yang sangat manja. Kucing counter: 3. Dia langsung menyapa kami dan minta dielus (makan). 

Dokumen pribadi

    Bapak tadi masih belum menyerah meminta sedekah. “Tolong bantu mas mbak, sedekah saja, bukan paksaan.” Walau ada kata “bukan paksaan”, tetapi bapak tersebut terus mengulang-ulang perkataan tersebut dan menjulurkan topinya ke arah kami. Sekarang kami tahu kenapa Alfamart ini begitu sepi. 

    Karena antara rasa kasihan dan risih, aku akhirnya menyisihkan 5 ribu untuk diberi ke bapak itu. Bapak itu menerima uangku dan meminta tolong untuk hitungkan uang yang sudah ia terima. Total uangnya 25 ribu rupiah. Kata bapaknya uang itu ingin ia beli untuk membeli beras (69 ribu anggap 70 ribu), masih kurang 45 ribu. Setelah menghitungkan uang bapak tersebut aku mendoakan dia untuk tetap sehat dan kembali bergabung dengan Alis dan Tazkia. 

    Teman-temanku menyarankan harusnya dibiarkan saja, bapak itu cukup mencurigakan. Aku paham maksud mereka, aku juga merasa begitu. Tapi menurutku niat baikku, tak mempedulikan penerimanya jujur atau tidak, akan terhitung menjadi karma baik. Lagian dengan uang 5 ribu tersebut kita bisa nongkrong dengan tenang. 

    Dua orang muda yang tadi kami lihat duduk di pojok beranjak untuk pergi, kami sepakat untuk pindah ke pojok untuk menghindari bapak yang tadi. Tak lama setelah itu, kami lihat bapak yang tadi menerima uang lagi dari mbak-mbak yang lewat. Aku cukup penasaran dalam sehari dia bisa dapat berapa? 

    Walau ditemani kucing, kami tidak betah di Indomaret tadi. Jadi kami memutuskan untuk pergi ke Mixue yang ada di dekat situ. Di seberang jalan kami melihat kampus Polinema. Walau kami cukup penasaran dengan isinya kami tidak berencana untuk masuk (lol). Setibanya di sana, ternyata masih tutup. Setelah kami searching di internet ternyata Mixue baru buka pada jam 10. Waktu itu jam menunjukkan pukul 9.30. Masih 30 menit lagi. 

    Dari pada bengong menunggu 30 menit kami memutuskan untuk pergi ke Indomaret Fresh. Seperti dugaan, Indomaret ini disebut “Fresh” karena menjual lebih banyak produk segar seperti buah, sayur dan daging. Tapi selain itu Indomaret inu juga memiliki jajaran produk yang lebih lengkap dibandingkan Indomaret biasa. Untuk menghabiskan waktu kami memberikan pendapat masing-masing tentang macam-macam produk yang ada di sana. 

    Menurut saya produk paling menarik yang kami temui saat itu adalah sekotak teh celup. Kotak teh tersebut sangat mewah, seperti produk luar yang mahal. Namun, nama teh tersebut “Ahmad Tea”, loh, produk lokal?. Kalau namanya disebut mirip “Ah mati” ya wkwkwk. Tetapi ada tulisan “London” di bawah namanya, ternyata benar produk luar? Tetapi setelah kita balik kotaknya ada tulisan Arab?? Jadi Ahmad ini orang asal Arab yang membuka usaha teh di London dan menjual produknya ke Indonesia? Cukup menarik

Dokumen pribadi

    Setelah 30 menit berada di sana kami merasa sedikit bersalah kalau tidak membeli apa-apa. Berhubung aku belum sarapan, aku memutuskan untuk membeli 2 buah roti. Dalam pikiranku aku akan memakan roti tersebut di Mixue nanti (spoiler: ga jadi makan roti). 

    Setibanya di Mixue aku melihat tanda di pintu yang melarang makan makanan dari luar. Gagal lah rencana makan rotiku. Sebenarnya tidak ada yang akan memarahiku kalau aku makan roti di sana. Tapi aku yang (terlalu) taat aturan akan merasa bersalah. 

    Setelah masuk kami memesan es dan minuman masing-masing. Aku memesan es krim cone, Tazkia memesan es krim sundae dan Alis memesan minuman kiwi. Kami pergi ke atas untuk menikmati dessert kami tempat yang lebih sepi. 

Dokumen pribadi

    Di sana kami berbincang tentang berbagai hal. Tapi, topik paling besar adalah permasalahan Israel dan Palestina. Berhubung kami bertiga memiliki agama yang berbeda-beda, kami bisa memberi perspektif masing-masing. Namun kami sama-sama mendukung Palestina. Aku juga sebenarnya cukup bingung, kenapa orang masih bimbang mendukung siapa karena agamanya. Padahal secara jelas satu pihak telah dan sedang melakukan genosida. Aku rasa sudah jelas pihak mana yang salah.

    Kami kecewa karena banyak perusahaan dan juga figur penting yang mendukung Israel. Memang ada beberapa yang terpaksa atau secara tidak langsung mendukung Israel karena berada di bawah label atau perusahaan yang juga mendukung. Tetapi, yang paling mengecewakan adalah mereka yang secara aktif memposting dukungannya pada Israel seperti Gal Gadot. 

    Selain pembicaraan mengenai Israel dan Palestina. Kami juga sempat membicarakan budaya kami yang berbeda-beda. Terutama budaya kematian kami. Di budaya orang Tionghoa (terutama Buddha), kami biasanya memiliki lahan kubur yang luas dengan bangunan yang besar juga. Ini karena kami menganggap lahan kubur ini akan menjadi “rumah” bagi keluarga kami di alam kematian. Oleh karena itu tentu kami ingin memberikan kuburan yang besar agar mereka dapat hidup nyaman. Ini juga mengapa suami istri biasanya dikubur dalam satu lahan besar tersebut. 

    Jam sudah menunjukkan pukul 11.30, saatnya kembali ke kampus untuk mengikuti evaluasi. Sayangnya, Alis yang sedang tidak enak badan memutuskan untuk pulang duluan. Setelah berdadah-dadah dengan Alis, aku dan Tazkia berjalan kembali ke kampus. Langit sudah mendung dan sudah terasa sedikit rintik-rintik hujan. Kami bergegas melewati jembatan Suhat. Melewati jembatan Suhat di situasi normal aja udah seram, apalagi dalam kondisi berangin?

    Dalam kampus kami melewati kembali bazar yang kami lihat tadi pagi. Sekarang semua stan sudah buka. Sayangnya karena kami baru saja makan es krim kami sudah tidak tergiur untuk jajan lagi. Tak lama setelah itu, hujan mulai turun. Untungnya kami berdua membawa payung. Bahkan ada teman kami dari kelompok lain yang ikut berteduh di bawah payung kami. Dengan itu kami sampai ke tempat rendezvous dan juga sampailah akhir perjalanan kami. Yah, walau begitu aku masih terjebak di kampus karena hujan deras. Begitulah perjalanan aku dan teman-temanku pada 4 November 2023. 

Oleh: Natalia Pryana (205110201111007) 


Komentar

Postingan Populer