Renjana
Sumber: Pinterest
Dalam benakku kala muda,
Tidak apa untuk sendiri,
Memijak bentala dengan berani,
Sekalipun diterjang prahara kehidupan.
Sampai di suatu masanya,
Pemikiran itu kemudian sirna,
Bergantikan sebuah kilau harapan,
Tatkala kami saling tersenyum.
Sedari kirana tersebut terpancar,
Tak lagi terperangkap gulita,
Bak kusuma dan madukara,
Kami saling berbagi nirwana,
Tiga belas tahun berlalu,
Tibalah lonceng takdir berbunyi,
Kelabu belaka yang dipikul,
Sebab tak ada yang abadi.
Oh, renjana yang membiru!
Mereka bilang akan berlalu,
Nampaknya kebohongan manis belaka,
Sahmura tak mudah tersingkir.
Tidak apa untuk sendiri,
Memijak bentala dengan berani,
Sekalipun diterjang prahara kehidupan.
Sampai di suatu masanya,
Pemikiran itu kemudian sirna,
Bergantikan sebuah kilau harapan,
Tatkala kami saling tersenyum.
Sedari kirana tersebut terpancar,
Tak lagi terperangkap gulita,
Bak kusuma dan madukara,
Kami saling berbagi nirwana,
Tiga belas tahun berlalu,
Tibalah lonceng takdir berbunyi,
Kelabu belaka yang dipikul,
Sebab tak ada yang abadi.
Oh, renjana yang membiru!
Mereka bilang akan berlalu,
Nampaknya kebohongan manis belaka,
Sahmura tak mudah tersingkir.
Oleh: Tazkia Asih Febrianty (205110201111010)
Komentar
Posting Komentar