Si Kucing Hitam dan Putih

    



    Di sebuah desa kecil hiduplah dua ekor kucing, Si Kucing Hitam dan Si Kucing Putih. Mereka tidak mempunyai pemilik, oleh karena itu mereka hidup bergantung dengan belas kasih manusia. Setiap hari mereka harus mendekati manusia dengan harapan diberi sedikit makanan. 

Si Kucing hitam kurang disukai warga desa, karena bulunya yang hitam konon membawa kesialan. Di sisi lain Si Kucing Putih disenangi para warga karena penampilannya yang lucu dan sikapnya yang manis. Walaupun adanya perbedaan perlakuan ini, Si Kucing Hitam dan Si Kucing Putih masih berteman baik. 

Suatu hari, Si Kucing Hitam berjalan menyusuri perkampungan manusia untuk mencari makan. Tubuhnya kurus dan perutnya mengomel untuk segera diisi. Bulunya yang hitam legam berantakan tidak terurus. Berbagai bekas luka menutupi sekujur tubuhnya. 

Sesekali Si Kucing Hitam berhenti di gundukan sampah untuk mengais-ais sisa makanan. Namun, ia tidak menemukan sampah yang masih layak untuk dimakan. Sudah berapa lama ia berjalan dan mencari tanpa mendapatkan apa-apa. "Tak apa-apa, pasti akan ketemu. Ini lebih baik dari pada mencuri," pikirnya dalam hati. Ia pun kembali berjalan dan mengais sampah. 

Langkahnya terhenti di depan jendela rumah Bu Asti. Aroma ikan goreng yang lezat membuat perutnya meronta-ronta. "Tidak, aku tidak boleh mencuri makanan orang," batinnya. Walaupun ia diserang oleh sakitnya rasa lapar, ia tidak akan mencuri milik orang lain. Dengan itu ia berbalik untuk mengais sampah rumah tersebut. 

"Akhirnya!" seru Si Kucing Hitam. Ia menemukan tulang ikan yang masih memiliki banyak sisa daging. Baunya juga masih enak, sepertinya baru saja dibuang pemiliknya. Ia berjalan pulang dengan senang bersama hasil temuannya. Ia ingin membagikan hasil temuannya pada Si Kucing Putih. 

"Hey! Berhenti!" terdengar teriakan di belakangnya. Ia menoleh dan melihat Bu Asti dengan sapu di tangannya. "Sudah kuduga kamu yang mencuri ikanku tadi! Sini kamu! " teriaknya marah. "Bukan Bu, itu bukan saya!" pinta Si Kucing Hitam, "Aku mengambil itu dari sampah!" Sayangnya manusia tidak bisa memahami bahasa kucing. 

Tanpa menghiraukan perkataan Si Kucing Hitam, Bu Asti mengayunkan sapunya. Bukk! suara sapu menghantam kucing hitam. Kesakitan, akhirnya Si Kucing Hitam lari dari tempat kejadian. "Jangan ke sini lagi kamu! Dasar pencuri!" peringat Bu Asti. 

Kucing hitam berlari ketakutan untuk beberapa saat. Merasa situasi sudah aman, Si Kucing hitam akhirnya berhenti di samping sungai. "Kenapa manusia selalu menyalahkanku? Aku hanya mengambil itu dari sampah..." tangis Si Kucing Hitam. Karena panik, ia meninggalkan tulang ikan temuannya. Oleh karena itu ia hanya bisa menahan lapar sambil menangis. 

Tiba-tiba Si Kucing Putih turun dari atas pohon. Bulunya putih bersih seperti awan dan matanya biru mencolok. Melihat kucing hitam yang babak belur ia bertanya "Hei, kamu kenapa?". "Tadi aku dipukul Bu Asti karena dia pikir aku mencuri makanannya," jawab Si Kucing Hitam. 

Tanpa disangkanya, Si Kucing Putih malah tertawa terbahak-bahak. "Hahaha! Jadi begitu," kekeh Si Kucing Putih. "Kenapa kamu tertawa, ini tidak lucu!" balas Si Kucing Hitam. Balasannya malah membuat Si Kucing Putih tertawa lebih keras. "Bahahaha! Tau tidak sih, sebenarnya yang mencuri ikan itu aku hahaha!" jelas Si Kucing Putih. 

Si Kucing hitam terkejut mendengar penjelasannya dan membalas, "Hei kita tidak boleh mencuri makanan orang!". "Kenapa tidak? lagian manusia tidak akan pernah menyalahkan aku, toh aku cantik dan lucu" balas Si Kucing Putih sembari memamerkan bulunya yang lembut dan panjang. "Nggak kayak kamu kurus dan dekil hahahaha!" tambah Si Kucing Putih. 

Mendengar perkataan kejam temannya, Si Kucing Hitam kembali menangis. Tawa Si Kucing Putih semakin menjadi-jadi. Ia memegang perutnya, kesakitan terlalu banyak tertawa. Di tengah tawanya ia bahkan sampai terguling. Tawaan menggelegar Si Kucing Putih membuat Si Kucing Hitam semakin sedih. 

Karena tak memperhatikan sekitarnya, dalam tawanya Si Kucing Putih terjungkal masuk ke dalam sungai. Ia berusaha berenang melawan arus sungai. Ia berteriak meminta tolong ke Si Kucing Hitam. "Kucing hitam! Tolong aku!" pintanya. Namun, Si Kucing Hitam yang tengah bersedih tidak mendengar permohonannya. Tak bisa melawan arus, Si Kucing Putih terhanyutkan aliran deras sungai, terbawa entah kemana. 


Natalia Pryana (205110201111007)

Komentar

Postingan Populer